
Siapa yang tidak kenal dengan grup lawak Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (Nanu Mulyono), Rudy Badil, Dono (Wahjoe Sardono), Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro), lima mahasiswa Universitas Indonesia, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap jum'at malam antara jam 20.30 s/d jam 21.15, disiarkan oleh raddio Prambors yang bermarkas di kawasan mendut,prambanan,borobudur, alias menteng pinggir.
Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena ketakutan manggung. Rudy mengaku "... pernah sekali saya coba di panggung TIM, saya menyadari bahwa saya tidak mampu. setelah itu ya nggak usah saja,"
Maka dengan tidak ikutnya Rudy Badil pada saat Warkop manggung di acara mana saja mereka menjadi berempat yaitu Nanu, Dono, Kasino dan Indro. Dalam anggota tersebut Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA. Dan setelah mereka manggung dan ngobrol puas di udara, mereka juga mulai merambah dunia film, dan film mereka bernuansakan komedi. Film perdana mereka dengan judul ”Mana Tahan” (1979).
Kemudian salah satu personil dari Warkop, Nanu meninggal dunia dan itu menjadi film pertama dan terakhirnya. Dengan meninggalnya Nanu mereka melawak dengan tiga anggota yaitu Dono, Kasino dan Indro juga mulai dikenal lewat nama Warkop DKI.
Dan film-film mereka selalu laris ditonton oleh masyarakat, dari film lah Personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor 15 juta per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran duit, karena hampir tiap tahun mereka membintangi satu film di dekade 80-an.
Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI teptanya jurussan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi 'MC' pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP.
Resep lawakan Warkop dalam album Cangkir Kopi ini adalah serangkaian cerita lucu yang dibawakan masing-masing personil Umumnya dan dalam album ini masih kwartet Nano, Dono,Kasino dan Indro. Humor yang dilontarkan menunjukkan intelektualitas mereka sebagai orang yang tingkat pendidikannya cukup tinggi. Maklumlah, rata-rata personil Warkop punya latar belakang akademis. Semuanya, kecuali Indro yang lulusan Universitas Pancasila, adalah alumni dari kampus UI.
Dan ini lawakan uang terdapat dalam album ini Kasino tentang teman Ambonnya yang bernama Jefri Manusama. Jefri digambarkan sebagai sosok yang polos, sehingga saat melihat petir ia menyebutnya aih beta dipotret Tuhan. Atau saat melihat kereta api ia menyebutnya aih ada besi merayap. Merayap saja sudah begitu kencang apalagi kalau berdiri Kalimat barusan tentu saja diungkapkan dengan logat Ambon yang khas.
Untuk suku Jawa, Kasino memerankan orang Jawa selain cara bicaranya yang lambat juga sebagai orang yang untung terus. Pada kesempatan ini Nanu bertugas menjadi pengumpan yang baik.
Kasino (K) : Kalau orang Jawa kalau kenapa-kenapa pasti untung terus.
(ada anak kecil nimpuk) untung kena tangan bukan kena mata!
Nanu (N) : Kalau kena mata?
K : Untung kena satu, bukan dua-duanya!
N : Kalau kena dua- duanya?
K : Untung ngga mati!
Dan masih banyak album-album dan film-film lainya dengan lawakan dan logat yang khas dibawakan oleh Warkop DKI yang sangat menggelitik bagi para masyarakat.
Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1997. Setelah Dono juga meninggal di tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop.